ANALGETIK
Analgetik adalah obat yang digunakan untuk
meredakan/mengurangi rasa nyeri. Rasa
nyeri timbul karena adanya jaringan tubuh yang rusak. Teori nyeri tertua
dikemukakan seorang filsuf ahli matematika dan fisiolog abad 17 yang
mengemukakan sebuah hubungan antara
sensasi perifer dan otak. Sensasi yang menstimulus tubuh yang di sampaikan
langsung ke otak di persepsikan sebagai nyeri (Rachmawati, 2008).
Penyebab rasa
nyeri adalah rangsangan-rangsangan kimiawi, mekanis, kalor dan listrik, yang
dapat mengakibatkan kerusakan-kerusakan pada jaringan dan melepaskan mediator mediator
nyeri. Mediator-mediator penting yang terlibat pada proses terjadinya nyeri
adalah histamin, serotonin (5-HT), plasmakinin (bradikinin) dan prostaglandin.
Senyawa-senyawa ini kemudian akan merangsang reseptor nyeri (nosiseptor) yang
terletak pada ujung-ujung saraf bebas di kulit, selaput lendir, dan
jaringan-jaringan (organ-organ) lain (Tjay dan Rahardja, 2002).
Menurut Torrance & Serginson (1997), ada
tiga jenis sel saraf dalam proses penghantaran nyeri yaitu sel syaraf aferen (neuron
sensori), serabut konektor (interneuron), dan sel saraf eferen (neuron motoric).
Reseptor pada ujung saraf ini yang menyebabkan impuls nyeri dihantarkan ke sum-sum
tulang belakang dan otak. Reseptor-reseptor yang merespon terhadap stimulus
nyeri disebut nosiseptor. Nosiseptor ini terdapat diseluruh jaringan dan organ
tubuh, kecuali di system saraf pusat. Dari sini rangsangan disalurkan ke otak
melalui neuron dengan sinaps yang amat banyak melalui sum-sum tulang belakang,
sum-sum tulang lanjutan dan otak tengah. Dari thalamus impuls diteruskan ke
pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan sebagai nyeri. Stimulus pada
jaringan akan merangsang nosiseptor melepaskan zat-zat kimia, yang terdiri dari
prostaglandin, histamin, bradikinin, leukotrien, substansi p, dan enzim
proteolitik. Zat-zat kimia ini akan mensensitasi ujung syaraf dan menyampaikan
impuls ke otak.
Obat-obat analgetik dapat di bedakan
menjadi 2 golongan, yaitu :
A. Analgetik narkotik
Memiliki daya
analgetik yang kuat sekali dengan titik kerja di susunan saraf pusat. Golongan ini dapat mengurangi kesadaran (meredakan
dan menidurkan) dan menimbulkan perasaan nyaman (euforia), mengakibatkan
toleransi dan habituasi (kebiasaan), ketergantungan fisik dan psikis dengan
gejala-gejala abstinensi bila penggunaan dihentikan Contohnya : alkaloid
golongan opium, misalnya morfina, meperidin, metadon dan sebagainya yang diperoleh dari tumbuhan – tumbuhan
golongan Papaver somniferum (Tjay dan Rahardja, 2002).
a.
Morfin
Penggunaannya :
Untuk mengobati rasa sakit yang tidak dapat disembuhkan dengan analgetika
antipiretika, misalnya pada kanker, sakit sewaktu operasi dan sebagainya. Morfina
penekanannya pada susunan saraf sentral yang disertai dengan perasaan nyaman,
menghambat pernafasan dan dapat menyembuhkan batuk. Morfin tidak untuk
penderita radang hati atau asma, karena morfin menekan pusat pernafasan. Juga tidak
boleh diberikan kepada bayi. Morfin
tidak dapat menembus kulit utuh, tetapi dapat diabsorsi melalui kulit luka.
Morfin dapat diabsorpsi usus, pemberian oral jauh lebih rendah efek
analgesiknya dibandingkan pemberian parenteral. Setelah pemberian dosis
tunggal, sebagian morfin mengalami konjugasi dengan asam glukoronat di hepar,
sebagian dikeluarkan dalam hasil ekskresi. Morfin yang terkonjugasi ditemukan
dalam empedu. Sebagian kecil dikeluarkan bersama cairan lambung. Struktur umum
morfin :
b. Metadone
Mempunyai efek analgesik mirip morfin, namun tidak
begitu menimbulkan efek sedatif. Di eliminasi dari tubuh lebih lambat dari
morfin (waktu paruhnya 25 jam). Diberikan secara per oral, injeksi IM, dan SC. Di
indikasikan untuk nyeri hebat, dan juga untuk mengobati ketergantungan heroin. Hubungan
perubahan struktur dan aktivitas turunan metadon :
c. Meperidin (petidin)
Menimbulkan efek analgesik, efek euforia, efek
sedatif, efek depresi nafas dan efek samping lain seperti morfin, kecuali
konstipasi. Efek analgesiknya muncul lebih cepat daripada morfin, tetapi durasi
kerjanya lebih singkat, hanya 2-4 jam. Di indikasikan untuk obat praoperatif pada
waktu anestesi dan untuk analgesik pada persalinan. Hubungan perubahan struktur
dan aktifitas turunan meperidin :
B. Analgetik Non-narkotik
Obat-obat
ini sering disebut golongan obat analgetika-antipiretik atau Non Steroidal
Anti-Inflamatory Drugs (NSAID) juga dinamakan analgetika perifer, karena
tidak mempengaruhi susunan saraf pusat, tidak menurunkan kesadaran,
ataupun mengakibatkan ketagihan. Semua analgetika perifer memiliki sifat
antipiretik yaitu penurunan panas pada kondisi demam. Sebagian besar
efek samping dan efek terapinya berdasarkan atas mekanisme penghambatan
biosintesis prostaglandin. Mekanisme kerjanya sebagai analgetik yaitu
dengan jalan menghambat secara langsung dan selektif enzim-enzim yang
mengkatalisis biosintesis prostaglandin, seperti siklooksigenase sehingga
mampu mecegah stimulasi reseptor nyeri (Siswandono dan Soekardjo, 1995).
Skemanya
yaitu sebagai berikut :
Menurut Tjay dan
Rahardja (2002), Penggolongan analgetika perifer secara kimiawi adalah
sebagai berikut:
1).Golongan
salisilat : natrium salisilat, asetosal, salisilamid, dan benorilat.
2).Turunan
p-aminofenol : fenasetin dan parasetamol.
3).Turunan
pirazolon : antipirin, aminofenol, dipiron, dan asam difluminat
4).Turunan
antranilat : glafenin, asam mefenamat, dan asam difluminat
Efek-efek
samping yang biasanya muncul adalah gangguan-gangguan lambung-usus, kerusakan darah,
hati, dan ginjal juga reaksi-reaksi alergi kulit. Efek-efek samping terutama
terjadi pada penggunaan lama atau pada dosis besar, maka sebaiknya jangan menggunakan
analgetika ini secara terus-menerus.
Untuk obat-obat analgetik non-narkotika terbagi dalam
beberapa golongan, yaitu:
1. Golongan Salicylates
a. Aspirin/asetosal
Mempunyai kemampuan menghambat biosintesis
prostaglandin dengan menghambat enzim siklooksigenase secara ireversibel. Pada
dosis tepat, obat ini akan menurunkan pembentukan prostaglandin maupun
tromboksan A2, pada dosis yang biasa efek sampingnya adalah gangguan lambung. Efek
ini dapat diperkecil dengan penyangga yang cocok ( misalnya, minum aspirin
bersama makanan yang diikuti oleh segelas air atau antasid).
b. Salisilamid
Adalah amida asam salisilat yang memperlihatkan efek
analgesic dan antipiretik mirip asetosal, walaupun dalam badan salisilamid
tidak diubah menjadi salisilat. Efek analgesik antipiretik salisilamid lebih
lemah daripada salisilat, karena salisilamid dalam mukosa usus mengalami metabolism
lintas pertama, sehingga hanya sebagian salisilamid yang diberikan masuk
sirkulasi sebagai zat aktif. Obat ini mudah diabsorpsi usus dan cepat
didistribusi ke jaringan. Obat ini menghambat glukoronidasi obat analagesik
lain di hati misalnya Na salisilat dan asetaminofen, sehingga pemberian bersama
dapat meningkatkan efek terapi dan toksisitas obat tersebut. Salisilamida sering
dikombinasi dengan parasetamol dan kofeina. Salisilamida banyak dipakai karena
sifatnya tidak terlalu asam, sehingga tidak menimbulkan radang dan pendarahan
pada lambung.
c. Diflunisial
Obat ini merupakan derivate difluorofenil dari asam
salisilat, tetapi dalam tubuh tidak diubah menjadi asam salisilat. Bersifat
analgesik dan anti-inflamasi tetapi hampir tidak bersifat antipiretik. Obat ini
juga berperan dalam penghambatan prostaglandin melalui penghambatan enzim COX.
2. Golongan para Aminophenol
a. Acetaminophen
Adalah metabolit dari fenasetin. Obat ini menghambat
prostaglandin yang lemah pada jaringan perifer dan tidak memiliki efek
anti-inflamasi yang bermakna. Obat ini berguna untuk nyeri ringan sampai sedang
seperti nyeri kepala, mialgia, nyeri pasca persalinan dan keadaan lain. Efek
samping kadang-kadang timbul peningkatan ringan enzim hati. Efek analgesic
serupa dengan salisilat, yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan
sampai sedang. Keduanya menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme penghambat
biosintesis PG yang lemah. PG dihambat akibat adanya penghambatan enzim COX.
3. Golongan Pyrazolone dan
Derivatnya
Dalam kelompok ini termasuk dipiron, antipirin, dan
aminopirin. Antipirin (fenazon) adalah 5-okso-1-fenil-2,3-dimetilpirazolidin.
Aminopirin (amidopirin) adalah derivate 4-dimetilamino dari antipirin. Dipiron
adalah derivate metansulfonat dari aminopirin yang larut baik dalam air dan
dapat diberikan dalam suntikan.Selain itu, masih ada derivate dipiron yaitu
methampiron (antalgin) yang banyak digunakan/tersedia dalam bentuk suntikan
atau tablet. Saat ini antipirin dan aminopirin tidak dianjurkan digunakan lagi
karena lebih toksik daripada dipiron. Obat ini berperan dalam penghambatan
prostaglandin melalui penghambatan enzim COX. Nama lain dari piramidon ialah
amidopirin, aminopirin. Piramidon sangat berkhasiat untuk melawan demam yang
tinggi dan radang. Nama lain dari novalgin adalah Antalgin, dipiron, sangat
berkhasiat sebagai analgetik dan spasmolitik (melawan kejang), maka sering
digunakan untuk mengobati rasa sakit pada masa haid, sakit kepala, sakit encok
dan lain-lain. Pada penggunaan yang lama baik novalgin maupun piramidon dapat
mengakibatkan agranulositosis (hilangnya butir-butir darah putih di dalam
darah).
Daftar pustaka
Rachmawati, I.N. 2008. Analisis Teori Nyeri : Keseimbangan Antara
Analgesik Dan Efeksamping. Jurnal
Keperawatan Indonesia. Vol.12. No.2.
Siswandono dan B. Soekardjo. 1995. Kimia Medisinal. Surabaya
: Airlangga university press.
Tjay, T.H. dan K. Rahardja. 2002. Obat-Obat Penting. Jakarta : PT.Gramedia.
Torrance and
Serginson. 1997. Fisiologi Nyeri di
akses pada tanggal 20 Juli 2013 dari,
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20095/4/chapter%2011.pdf.
pertanyaan :
1. pemakaian analgetik yang lama dgn dosis tinggi akan menyebabkan
efek samping, kalau seandainya digunakan dalam dosis kecil dan dikonsumsi tidak
teratur, apa yang akan terjadi?
2. mengapa analog morfin memiliki kemampuan yang lebih efisien
dibandingkan dengan morfin sendiri?
3. bagaimana
cara kerja metadone dalam mengobati ketergantungan heroin? Mohon penjelasannya
4. bagaimana mekanisme terjadinya rasa nyeri dari tempat stimulus
rangsangan sampai saraf pusat?
5. jelaskan interaksi obat aspirin dari golongan salicylates !
6. boleh tidak mengkonsumsi obat analgetik bersamaan dengan
susu ?lalu bagaimana interaksinya?
7. Ketika terjadi rangsangan nyeri, maka mediator nyeri akan
merangsang reseptor nyeri. Tolong jelaskan fungsi masing-masing mediator
tersebut?
8. Bagaimakah mekanisme kerja golongan pyrazolone ?
menurut saya jawaban no 8 yaitu mekanisme golongan pyrazolone yaitu Obat ini berperan dalam penghambatan prostaglandin melalui penghambatan enzim COX.
BalasHapussaya setuju dengan jawaban tari, saya hanya ingin menambahkan Obat golongan pyrazolone ini bekerja dengan bertindak sebagai analgetik dan sebagai antipiretik. Obat ini mudah larut dalam air dan cepat diserap dalam tubuh. Bekerja tanpa mempengaruhi system saraf pusat dalam menghilangkan nyeri, menurunkan demam dan menyembuhkan rheumatik.Obat ini bekerja dengan mempengaruhi hipotalamus dalam menurunkan sensitifitas reseptor rasa sakit dan thermosat yang mengatur suhu tubuh. Contoh obat golongan ini adalah Fenilbutazon.
Hapushay kak umi
BalasHapussaya akan membantu no 3
Metadon ini termasuk narkotik (opiat) yang kuat seperti heroin namun metadon ini tidak memiliki efek sedatif yang kuat. Metadon ini dapat membantu pecandu untuk menghentikan pemakaian heroin dengan cara mengganti penggunaan heroin dengan metadon yang di kurangi tahap demi tahap selama jangka waktu tertentu. Nah, metadon ini memang di sediakan pada program pengalihan narkoba (heroin) sehingga pecandu dapat mengonsumsi obat yang lebih aman.
Saya mencoba menjawab soal no 2
BalasHapusanalog morfin lebih efisien dikarenakan reseptor analgesik itukan terletak di otak dan untuk mencapai otak, obat harus melewati sawar darah otak. Nah, untuk mencapai otak, obat terlebih dahulu harus melewati barier ini. Mengingat barier tersebut adalah lemak maka senyawa yang bersifat polar akan kesulitan menembus membran. Morfin memiliki tiga gugus polar (fenol, alkohol dan, amin) sedangkan analognya telah kehilangan gugus polar alkohol atau ditutupi dengan gugus alkil atau asil. Dengan demikian maka analog morfin akan lebih mudah masuk ke otak dan terakumulasi pada sisi reseptor dalam jumlah yang lebih besar daripada morfin itu sendiri sehingga aktivitas analgesiknya juga lebih besar.
selain meningkatkan aktivitas analgetik, efek2 lain yang terjadi di otak juga bisa meningkat
Hapussaya mencoba menjawab pertanyaan nomor 1. menurut beberapa artikel walaupun obat yang di gunakan dalam dosis kecil, namun obat tetap dapat memiliki efek samping atau bahkan malah obat tidak ber efek. Dan jika penggunaan tdk tratur tentu akan semakin memperparah keadaan bukan malah mengobati namun memperparah kondisi penggunanya. Karna setiap obat memiliki jangka waktu pengonsumsian yg tdk sembarangan meakipun obat tersebut trmasuk obat bebas yg di konsumsi tanpa resep dokter.
BalasHapussaya setuju dengan saudari lidya,obat yang meski digunakan dalam dosis yang kecil dapat menimbulkan efek samping apalagi pemakaiannya sembarangan. karena obat tersebut akan berikatan dengan protein plasma sedikit, sehingga tidak mencapai mec.dan yang lainnya dalam keadaan bebas akan menimbulkan efek samping
HapusMenurut saya, obat akan menimbulkan efek jika melewati MEC( minimun efecktif concentration), apabila dosis yg diberikan kurang dari dosis tersebut, maka obat tidak akan menimbulkan efek terapi. Namun pemakaian obat tidak sesuai dosis dan tidak teratur tentu akan menyebabkan dampak buruk bagi tubuh, yakni rusaknya organ hati ataupun ginjal.
HapusSaya akan membantu menjawab permasalahan no. 7
BalasHapusMediator nyeri merupakan senyawa yang di lepaskan akibat adanya rangsangan mekanis (benturan benda tumpul) atau kimiawi, kalor atau lisrik yang menyebabkan rusaknya jaringan. Mediator nyeri antara lain :
-bradikinin : membantu untuk memperbesar atau membuka pembuluh darah sehingga menurunkan tekanan darah dan memungkinkan darah mengalir lebih lancar ke seluruh tubuh.
-histamin: bertanggung jawab untuk kebanyakan reaksi alergi (bronchokonstriksi, pengembangan mukosa, pruritus) dan nyeri.
-serotonin : sebagian besar sel otak dipengaruhi secara langsung atau tidak langsung oleh serotonin, pengaruhnya terhadap psikis seseorang.
-leukotrien : berperan dalam proses terjadinya inflamasi dan penyakit-penyakit yang terkait sistem imun, pertumbuhan kanker dan penyakit kardiovaskuler.
-Prostasiklin : menyebabkan meningkatnya potensial saraf, khususnya diserabut saraf Ad dan C di sumsum tulang belakang.
saya akan mencoba membantu menjawab pertanyaan no.4
BalasHapusrasa nyeri timbul/bermula dari adanya rangsangan mekanis (benturan benda tumpul) atau kimiawi, kalor atau lisrik yang menyebabkan rusaknya jaringan sehingga dilepaskan senyawa-senyawa kimia yang di sebut mediator-mediator nyeri (serotonin, prostaglandin, dll). Mediator nyeri merangsang reseptor nyeri yang letaknya pada ujung syaraf bebas di kulit, selaput lendir dan jaringan lain. Dari tempat ini rangsang dialirkan melalui syaraf sensoris ke susunan saraf pusat, melalui sumsum tulang belakang ke talamus kemudian ke pusat nyeri dalam otak besar.
saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 6
BalasHapusuntuk pengonsumsian obat analgetik bersamaan dengan susu itu di perbolehkan bahkan di sarankan misalnya saja pada obat golongan NSAID ibu profen dan aspirin.Obat-obatan ini bersifat lipofilik yaitu mudah larut dalam lemak, sehingga pernyerapannya akan lebih baik bila dikonsumsi dengan susu yang mengandung lemak. Selain sifatnya yang lipofilik, NSAID dapat diberikan bersamaan dengan susu karena sifatnya yang mengiritasi lambung. Oleh karena itu, bila kita tidak sempat makan, susu dapat diminum sebagai penggantinya. namun adapula yg tidak di perbolehkan misalnya obat golongan antibiotik seperti tetracyline, cyprofloxacin, dan suplemen zat besi karena penyerapan obat dapat terganggu dengan adanya kalsium yang tinggi yang terkandung dalam susu.
permisi ya, saya akan membantu menjawab pertanyaan no.5
BalasHapusAspirin jika di konsumsi dengan obat lain secara bersamaan dapat menyebabkan peningkatan efek samping atau bahkan salah satu obat tidak dapat bekerja dengan baik. Obat-obat yang dapat berinteraksi dengan aspirin antara lain :
• Alcohol
• Allopurinol
• Amlodipine
• Atorvastatin
• Cyanocobalamin
• Hydrochlorothiazide
Jadi, jika ingin mengonsumsi aspirin secara bersamaan denan obat lain sebaiknya konsultasikan dengan Dokter untuk mencegah terjadinya kesalahan pemakaian.
menurut saya jawaban no 8 alam kelompok ini termasuk dipiron, antipi
BalasHapusrin, dan aminopirin. Antipirin (fenazon)
adalah 5
-
okso
-
1
-
fenil
-
2,3
-
dimetilpirazolidin. Aminopirin (amidopirin) adalah derivate
4
-
dimetilamino dari antipirin.Dipiron adalah derivate metansulfonat dari aminopirin
yang larut baik dalam air dan dapat diberikan
dalam suntikan.Selain itu, masih ada
derivate dipiron yaitu methampiron (antalgin) yang banyak digunakan/tersedia dalam
bentuk suntikan atau tablet.Saat ini antipirin dan aminopirin tidak dianjurkan digunakan
lagi karena lebih toksik daripada dipiron.Obat
ini berperan dalam penghambatan
prostaglandin melalui penghambatan enzim COX.
Nama lain dari piramidon ialah
amidopirin, aminopirin. Piramidon ini sangat berkhasiat untuk melawan demam yang
tinggi dan radang. Nama lain dari novalgin adalah Antalgin, dipiro
n, sangat berkhasiat
sebagai analgetik dan spesmolitik 9melawan kejang), maka sering digunakan untuk
mengobati (mengurangi) rasa sakit pada masa haid, sakit kepala, sakit encok dan lain
–
lain. Pada penggunaan yang lama baik novalgin maupun piramidon dapat
mengakibatkan agranulositosis (yaitu lenyapnya butir
–
butir darah putih di dalam
darah).
Karena kerja ikutannya yang cukup besar dan membahayakan itu, maka obat
–
obat ini
hanya boleh dibeli dengan resep dokter.
Dosis dewasa; 3 x sehari 100 mg (oral)
untuk piramidon
3 x sehari 100 mg (oral) untuk novalgin
nmr 1
BalasHapusmnrt saya krn obat analgetik biasa di berikan jika ketika tasa nyeri dtg, jika mnggunakan dosis rendah tetapi jrg di konsumsi mnrt saya tdk apa2
saya akan menjawab no 1, menurut saya jika digunakan secara tidak teratur salah satu efeknnya yaitu kurangnya atau bahkan tidak adanya efek terapi yang dihasilkan
BalasHapus