Minggu, 08 Oktober 2017

Asam Asetilsalisilat (Asetosal)



Asam Asetilsalisilat (asetosal)

Asetosal adalah obat anti-nyeri yang sampai sekarang banyak digunakan. Zat ini juga berkhasiat sebagai anti-demam dan pada dosis rendah sekali (80 mg) berdaya hambat agregasi trombosit. Pada dosis lebih besar dari normal (>5 gr sehari) obat ini berkhasiat sebagai anti-radang. Obat ini juga banyak digunakan sebagai alternatif dari antikoagulansia untuk pencegah infark kedua setelah terjadi serangan. Hal ini karena daya antitrombotisnya. Resorpsinya terjadi secara cepat dan praktis lengkap, terutama dibagian pertama duodenum. Namun, karena sifatnya asam, sebagian zat ini diserap pula di lambung. Mulai efek analgetiknya dan efek antipiretiknya cepat, yakni setelah 30 menit dan bertahan 3-6 jam; kerja anti-radangnya terlihat setelah 1-4 hari. Resorpsi dari rectum (suppositoria) lambat dan tidak menentu, sehingga dosis perlu di gandakan. Didalam hati zat ini segera di hidrolisa menjadi asam salisilat dengan daya anti nyeri lebih ringan. PP-nya 90-95%, plasma-t½-nya 15-20 menit, masa paruh asam salisilat 2-3 jam pada dosis 1-3 g/hari.[1]
            Pemberian secara per oral, salisilat akan di absorpsi di dalam lambung dan usus halus melalui cara difusi pasif.[2]  Absorbsi  sebagian salisilat di lambung ini dalam bentuk utuh dengan daya absorbsi 70%. Namun, sebagian besar absorbsi terjadi dalam usus halus bagian atas.[3] Salisilat mencapai plasma dalam waktu 30 menit dan mencapai konsentrasi puncak setelah 1 -2 jam. Pada dosis kecil , mempunyai waktu paruh kira-kira 4 jam. Pada dosis yang digunakan sebagai antiinflamasi (4-6 g /hari) dengan kadar salisilat serum mencapai 200-300 mg/L, menunjukkan waktu paruh 12-25 jam.[2] Setelah dihidrolisa, salisilat segera di distribusikan ke seluruh tubuh dan cairan transeluler. Kecepatan absorbsi tergantung dari kecepatan disintegrasi dan disolusi tablet, pH permukaan mukosa dan waktu pengosongan lambung. Salisilat dapat ditemukan dalam cairan sinovial, cairan spinal, liur dan air susu. Kadar tertingggi dicapai kira-kira 2 jam setelah pemberian. [3]
Mekanisme kerja asetosal adalah dengan menghambat enzim siklooksigenase melalui beberapa mekanisme. Asetosal berikatan secara kovalen dengan sisa serin dari enzim siklooksigenase secara irreversibel, yang selanjutnya berakibat terjadinya hambatan pada sintesis prostaglandin, prostasiklin dan tromboksan A2.[4] Penghambatan pada sintesis prostaglandin dan prostasiklin akan menimbulkan efek anti-inflamasi, analgetik dan anti-piretik, sedangkan penghambatan pada prostasiklin dan tromboksan A2 akan menghambat agregasi trombosit sehingga menyebabkan terjadinya perpanjangan waktu perdarahan.[5] Penggunaan asetosal dosis rendah dapat menghambat sintesis TXA2 di trombosit tanpa mempengaruhi sintesis PGI2 di endotelium pembuluh darah. Hal ini disebabkan oleh perbedaan sensitivitas antara enzim siklooksigenase di trombosit dengan di endothelial. Kemampuan sel endotel pembuluh darah untuk mensintesis enzim baru, dan asetilasi presistemik enzim siklooksigenase trombosit karena penggunaan asetosal dosis rendah.[6] Enzim siklooksigenase pada endotelial pembuluh darah kurang peka terhadap asetosal dosis rendah daripada enzim siklooksigenase pada trombosit, yang berarti bahwa pengaruh asetosal pada penghambatan tromboksan A2 lebih banyak dan lebih lama daripada prostasiklin yang dihasilkan di sel endothelial pembuluh darah.[7]


Efek samping yang sering terjadi berupa iritasi mukosa lambung dengan resiko tukak lambung dan pendarahan samar (occult) akibat sifat asam dari asetosal. Hal ini dapat dikurangi melalui kombinasi dengan suatu antasidum (MgO, Al(OH)3, CaCO3) atau digunakan garam kalsiumnya (carbasalat). Selain itu, asetosal menimbulkan efek spesifik, seperti reaksi alergi kulit dan tinnitus (telinga berdengung) pada dosis yang lebih tinggi. Efek lebih serius berupa kejang-kejang bronchitis hebat, yang pada pasien asma menimbulkan serangan walaupun dalam dosis rendah. [1]


Daftar Pustaka

1.      Tjay,T.H. dan K. Raharja.2007. Obat-Obat Penting Edisi ke-6. Jakarta : ElexMedia Komputindo.
2.      Majour.maranatha.edu/index.php/jurnal-kedokteran/article/view/31/pdf.
3.      Wimana, F. F., 1995, Analgesik-antipiretik analgesik anti-inflamasi steroid dan obat pirai, Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, hal. 207-222.
4.      Neal MJ. 1992. Medical Pharmacology at Glance: Drug Used to Affect Blood Coagulation; Non Steroidal antiinflamatory Drug (NSAIDs). Second edition. London: Blackwell Science. P. 44 – 45, 66 – 67.
5.      Rang HP, Dale MM. 1991. Pharmacology: Drug Used to Suppress Inflamatory and Immune Reaction. Second edition. Edinburg. London. Melbourne. New York. Tokyo and Madrid: Churchill Livingstone Inc. p 262 – 264, 390 – 391.
6.      Kallmann R et al., 1987, Effects of Low Doses Aspirin, 10 mg and 30 mg Daily, on Bleeding Time, Thromboxane Production and 6-keto-PGF1α Excretion in Healthy Subjects, J. Thrombosis Research, vol.45 no 4, p. 355 – 361.
7.      Cawson RA, Spector RG, Skelly AM, 1995, Basic Pharmacology and Clinical Drug Use in Dentistry; The Blood, sixth edition, edinburgh, Hongkong, London, Madrid, Melbourne, New York and Tokyo: Churchill Livingstone, p. 51 – 52, 77, 97.
 

pertanyaan :
1. Bagaimana mekanisme kerjanya secara singkat ?
2. efek samping yang paling sering terjadi ?
3. interaksi obat ?
4. apakah penggunaan asetosal dapat di kombinasikan ?
5. dosis yang tepat pada penggunaan asetosal ?



10 komentar:

  1. Hai Ummi
    Apakah asetosal bekerja secara selektif? Apakah asetosal mengalami first pass effect?

    BalasHapus
    Balasan
    1. hai juga kak
      Asetosal tidak bekerja secara selektif, karena asetosal bekerja tidak hanya menghambat kerja enzim cox2 saja tetapi juga menghambat kerja enzim cox1.Dan asetosal ini termasuk salah satu obat yang mengalami efek lintas pertama yang kuat dimana obat ini mengalami pengurangan konsentrasi sebelum obat sampai ke sirkulasi sistemik.

      Hapus
  2. apakah boleh asetosal dikonsumsi bagi penderita penyakit hati dan ginjal ? berpengaruh atau tidak terhadap efek samping ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Asetosal tidak di perbolehkan bagi penderita penyakit hati dan ginjal, karena salah satu efek sampingnya dapat menyebabkan gangguan pada hati dan ginjal sehingga apa bila di konsumsi oleh penderita maka akan memperparah penyakit hati dan ginjal penderita tersebut.

      Hapus
  3. Tlg jelaskan bagaimana mekanisme dari aktivitas antipiretik?

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya akan membantu menjawab, obat-obat anlgetik bekerja dengan cara menghambat produksi prostaglandin di hipotalamus anterior (yang meningkat sebagai respon adanya pirogen endogen).

      Hapus
  4. bagaimana bioaktivitas dari Asam Asetilsalisilat (Asetosal)?

    BalasHapus
    Balasan
    1. bioaktifitas asetosal yaitu menghambat pembentukan hormon dalam tubuh yang dikenal sebagai prostaglandin. Siklooksigenase adalah enzim yang terlibat dalam pembentukan prostaglandin dan tromboksan. Asetosal mengasetil enzim tersebut secara irreversible. Prostaglandin adalah hormon yang dihasilkan di dalam tubuh dan mempunyai efek berbagai di dalam tubuh termasuk proses penghantaran rangsangan sakit ke otak dan modulasi termostat hipotalamus. Tromboksan bertanggungjawab pula dalam agregasi platelet. Serangan jantung disebabkan oleh penggumpalan darah dan rangsangan sakit menuju ke otak. Oleh itu, pengurangan gumpalan darah dan rangsangan sakit ini disebabkan konsumsi aspirin pada kadar kecil dianggap baik dari segi pengobatan.Namun, efeknya darah lambat membeku menyebabkan pendarahan berlebihan bisa terjadi. Oleh karena itu, pasien yang akan menjalani pembedahan atau mempunyai masalah pendarahan tidak diperbolehkan mengonsumsi aspirin.

      Hapus
  5. 3. misalnya dengan obat ACE inhibitor

    Mengurangi respon tekanan darah (TD) terhadap terapi ACEI. Mengurangi efek hiponatremi dari ACE I.

    Monitor Tekanan darah (TD)

    BalasHapus
  6. no 2 efek samping yang paling sering terjadi adalah: Serangan asma dan sesak napas, Rasa tidak nyaman pada lambung, mengantuk.

    BalasHapus

FENOTIAZIN

FENOTIAZIN Merupakan obat antagonis dopamine yang bekerja sentral dengan cara menghambat chemoreseptor trigger zone . Obat ini...