Kamis, 12 Oktober 2017



ANALGETIK
 Analgetik adalah obat yang digunakan untuk meredakan/mengurangi  rasa nyeri. Rasa nyeri timbul karena adanya jaringan tubuh yang rusak. Teori nyeri tertua dikemukakan seorang filsuf ahli matematika dan fisiolog abad 17 yang mengemukakan  sebuah hubungan antara sensasi perifer dan otak. Sensasi yang menstimulus tubuh yang di sampaikan langsung ke otak di persepsikan sebagai nyeri (Rachmawati, 2008).
Penyebab rasa nyeri adalah rangsangan-rangsangan kimiawi, mekanis, kalor dan listrik, yang dapat mengakibatkan kerusakan-kerusakan pada jaringan dan melepaskan mediator mediator nyeri. Mediator-mediator penting yang terlibat pada proses terjadinya nyeri adalah histamin, serotonin (5-HT), plasmakinin (bradikinin) dan prostaglandin. Senyawa-senyawa ini kemudian akan merangsang reseptor nyeri (nosiseptor) yang terletak pada ujung-ujung saraf bebas di kulit, selaput lendir, dan jaringan-jaringan (organ-organ) lain (Tjay dan Rahardja, 2002).
 Menurut Torrance & Serginson (1997), ada tiga jenis sel saraf dalam proses penghantaran nyeri yaitu sel syaraf aferen (neuron sensori), serabut konektor (interneuron), dan sel saraf eferen (neuron motoric). Reseptor pada ujung saraf ini yang menyebabkan impuls nyeri dihantarkan ke sum-sum tulang belakang dan otak. Reseptor-reseptor yang merespon terhadap stimulus nyeri disebut nosiseptor. Nosiseptor ini terdapat diseluruh jaringan dan organ tubuh, kecuali di system saraf pusat. Dari sini rangsangan disalurkan ke otak melalui neuron dengan sinaps yang amat banyak melalui sum-sum tulang belakang, sum-sum tulang lanjutan dan otak tengah. Dari thalamus impuls diteruskan ke pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan sebagai nyeri. Stimulus pada jaringan akan merangsang nosiseptor melepaskan zat-zat kimia, yang terdiri dari prostaglandin, histamin, bradikinin, leukotrien, substansi p, dan enzim proteolitik. Zat-zat kimia ini akan mensensitasi ujung syaraf dan menyampaikan impuls ke otak.
            Obat-obat analgetik dapat di bedakan menjadi 2 golongan, yaitu :
A. Analgetik narkotik
Memiliki daya analgetik yang kuat sekali dengan titik kerja di susunan saraf pusat.  Golongan ini dapat mengurangi kesadaran (meredakan dan menidurkan) dan menimbulkan perasaan nyaman (euforia), mengakibatkan toleransi dan habituasi (kebiasaan), ketergantungan fisik dan psikis dengan gejala-gejala abstinensi bila penggunaan dihentikan Contohnya : alkaloid golongan opium, misalnya morfina, meperidin, metadon dan sebagainya  yang diperoleh dari tumbuhan – tumbuhan golongan Papaver somniferum (Tjay dan Rahardja, 2002).

a.      Morfin

Penggunaannya : Untuk mengobati rasa sakit yang tidak dapat disembuhkan dengan analgetika antipiretika, misalnya pada kanker, sakit sewaktu operasi dan sebagainya. Morfina penekanannya pada susunan saraf sentral yang disertai dengan perasaan nyaman, menghambat pernafasan dan dapat menyembuhkan batuk. Morfin tidak untuk penderita radang hati atau asma, karena morfin menekan pusat pernafasan. Juga tidak boleh diberikan kepada bayi.  Morfin tidak dapat menembus kulit utuh, tetapi dapat diabsorsi melalui kulit luka. Morfin dapat diabsorpsi usus, pemberian oral jauh lebih rendah efek analgesiknya dibandingkan pemberian parenteral. Setelah pemberian dosis tunggal, sebagian morfin mengalami konjugasi dengan asam glukoronat di hepar, sebagian dikeluarkan dalam hasil ekskresi. Morfin yang terkonjugasi ditemukan dalam empedu. Sebagian kecil dikeluarkan bersama cairan lambung. Struktur umum morfin :

b. Metadone
Mempunyai efek analgesik mirip morfin, namun tidak begitu menimbulkan efek sedatif. Di eliminasi dari tubuh lebih lambat dari morfin (waktu paruhnya 25 jam). Diberikan secara per oral, injeksi IM, dan SC. Di indikasikan untuk nyeri hebat, dan juga untuk mengobati ketergantungan heroin. Hubungan perubahan struktur dan aktivitas turunan metadon :

c. Meperidin (petidin)
Menimbulkan efek analgesik, efek euforia, efek sedatif, efek depresi nafas dan efek samping lain seperti morfin, kecuali konstipasi. Efek analgesiknya muncul lebih cepat daripada morfin, tetapi durasi kerjanya lebih singkat, hanya 2-4 jam. Di indikasikan untuk obat praoperatif pada waktu anestesi dan untuk analgesik pada persalinan. Hubungan perubahan struktur dan aktifitas turunan meperidin :

B. Analgetik Non-narkotik
Obat-obat ini sering disebut golongan obat analgetika-antipiretik atau Non Steroidal Anti-Inflamatory Drugs (NSAID) juga dinamakan analgetika perifer, karena tidak mempengaruhi susunan saraf pusat, tidak menurunkan kesadaran, ataupun mengakibatkan ketagihan. Semua analgetika perifer memiliki sifat antipiretik yaitu penurunan panas pada kondisi demam. Sebagian besar efek samping dan efek terapinya berdasarkan atas mekanisme penghambatan biosintesis prostaglandin. Mekanisme kerjanya sebagai analgetik yaitu dengan jalan menghambat secara langsung dan selektif enzim-enzim yang mengkatalisis biosintesis prostaglandin, seperti siklooksigenase sehingga mampu mecegah stimulasi reseptor nyeri (Siswandono dan Soekardjo, 1995). 
Skemanya yaitu sebagai berikut :
Menurut Tjay dan Rahardja (2002), Penggolongan analgetika perifer secara kimiawi adalah sebagai berikut:
1).Golongan salisilat : natrium salisilat, asetosal, salisilamid, dan benorilat.
2).Turunan p-aminofenol : fenasetin dan parasetamol.
3).Turunan pirazolon : antipirin, aminofenol, dipiron, dan asam difluminat
4).Turunan antranilat : glafenin, asam mefenamat, dan asam difluminat
Efek-efek samping yang biasanya muncul adalah gangguan-gangguan lambung-usus, kerusakan darah, hati, dan ginjal juga reaksi-reaksi alergi kulit. Efek-efek samping terutama terjadi pada penggunaan lama atau pada dosis besar, maka sebaiknya jangan menggunakan analgetika ini secara terus-menerus.
Untuk obat-obat analgetik non-narkotika terbagi dalam beberapa golongan, yaitu:
1. Golongan Salicylates
a. Aspirin/asetosal
Mempunyai kemampuan menghambat biosintesis prostaglandin dengan menghambat enzim siklooksigenase secara ireversibel. Pada dosis tepat, obat ini akan menurunkan pembentukan prostaglandin maupun tromboksan A2, pada dosis yang biasa efek sampingnya adalah gangguan lambung. Efek ini dapat diperkecil dengan penyangga yang cocok ( misalnya, minum aspirin bersama makanan yang diikuti oleh segelas air atau antasid).
b. Salisilamid
Adalah amida asam salisilat yang memperlihatkan efek analgesic dan antipiretik mirip asetosal, walaupun dalam badan salisilamid tidak diubah menjadi salisilat. Efek analgesik antipiretik salisilamid lebih lemah daripada salisilat, karena salisilamid dalam mukosa usus mengalami metabolism lintas pertama, sehingga hanya sebagian salisilamid yang diberikan masuk sirkulasi sebagai zat aktif. Obat ini mudah diabsorpsi usus dan cepat didistribusi ke jaringan. Obat ini menghambat glukoronidasi obat analagesik lain di hati misalnya Na salisilat dan asetaminofen, sehingga pemberian bersama dapat meningkatkan efek terapi dan toksisitas obat tersebut. Salisilamida sering dikombinasi dengan parasetamol dan kofeina. Salisilamida banyak dipakai karena sifatnya tidak terlalu asam, sehingga tidak menimbulkan radang dan pendarahan pada lambung.
c. Diflunisial
Obat ini merupakan derivate difluorofenil dari asam salisilat, tetapi dalam tubuh tidak diubah menjadi asam salisilat. Bersifat analgesik dan anti-inflamasi tetapi hampir tidak bersifat antipiretik. Obat ini juga berperan dalam penghambatan prostaglandin melalui penghambatan enzim COX.
2. Golongan para Aminophenol
a. Acetaminophen
Adalah metabolit dari fenasetin. Obat ini menghambat prostaglandin yang lemah pada jaringan perifer dan tidak memiliki efek anti-inflamasi yang bermakna. Obat ini berguna untuk nyeri ringan sampai sedang seperti nyeri kepala, mialgia, nyeri pasca persalinan dan keadaan lain. Efek samping kadang-kadang timbul peningkatan ringan enzim hati. Efek analgesic serupa dengan salisilat, yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Keduanya menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme penghambat biosintesis PG yang lemah. PG dihambat akibat adanya penghambatan enzim COX.
3. Golongan Pyrazolone dan Derivatnya
Dalam kelompok ini termasuk dipiron, antipirin, dan aminopirin. Antipirin (fenazon) adalah 5-okso-1-fenil-2,3-dimetilpirazolidin. Aminopirin (amidopirin) adalah derivate 4-dimetilamino dari antipirin. Dipiron adalah derivate metansulfonat dari aminopirin yang larut baik dalam air dan dapat diberikan dalam suntikan.Selain itu, masih ada derivate dipiron yaitu methampiron (antalgin) yang banyak digunakan/tersedia dalam bentuk suntikan atau tablet. Saat ini antipirin dan aminopirin tidak dianjurkan digunakan lagi karena lebih toksik daripada dipiron. Obat ini berperan dalam penghambatan prostaglandin melalui penghambatan enzim COX. Nama lain dari piramidon ialah amidopirin, aminopirin. Piramidon sangat berkhasiat untuk melawan demam yang tinggi dan radang. Nama lain dari novalgin adalah Antalgin, dipiron, sangat berkhasiat sebagai analgetik dan spasmolitik (melawan kejang), maka sering digunakan untuk mengobati rasa sakit pada masa haid, sakit kepala, sakit encok dan lain-lain. Pada penggunaan yang lama baik novalgin maupun piramidon dapat mengakibatkan agranulositosis (hilangnya butir-butir darah putih di dalam darah).

Daftar pustaka

Rachmawati, I.N. 2008. Analisis Teori Nyeri : Keseimbangan Antara Analgesik Dan Efeksamping. Jurnal Keperawatan Indonesia. Vol.12. No.2.
Siswandono dan B. Soekardjo. 1995. Kimia Medisinal. Surabaya : Airlangga university press.
Tjay, T.H. dan K. Rahardja. 2002. Obat-Obat Penting. Jakarta : PT.Gramedia.
Torrance and Serginson. 1997. Fisiologi Nyeri di akses pada tanggal 20 Juli 2013 dari, http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20095/4/chapter%2011.pdf.

pertanyaan :
1. pemakaian analgetik  yang lama dgn dosis tinggi akan menyebabkan efek samping, kalau seandainya digunakan dalam dosis kecil dan dikonsumsi tidak teratur, apa yang akan terjadi?
2. mengapa analog morfin memiliki kemampuan yang lebih efisien dibandingkan dengan morfin sendiri?
3. bagaimana cara kerja metadone dalam mengobati ketergantungan heroin? Mohon penjelasannya 
4. bagaimana mekanisme terjadinya rasa nyeri dari tempat stimulus rangsangan sampai saraf pusat?
5. jelaskan interaksi obat aspirin dari golongan salicylates !
6. boleh tidak mengkonsumsi obat analgetik bersamaan dengan susu ?lalu bagaimana interaksinya?
7. Ketika terjadi rangsangan nyeri, maka mediator nyeri akan merangsang reseptor nyeri. Tolong jelaskan fungsi masing-masing mediator tersebut?
8. Bagaimakah mekanisme kerja golongan pyrazolone ?










 

15 komentar:

  1. menurut saya jawaban no 8 yaitu mekanisme golongan pyrazolone yaitu Obat ini berperan dalam penghambatan prostaglandin melalui penghambatan enzim COX.


    BalasHapus
    Balasan
    1. saya setuju dengan jawaban tari, saya hanya ingin menambahkan Obat golongan pyrazolone ini bekerja dengan bertindak sebagai analgetik dan sebagai antipiretik. Obat ini mudah larut dalam air dan cepat diserap dalam tubuh. Bekerja tanpa mempengaruhi system saraf pusat dalam menghilangkan nyeri, menurunkan demam dan menyembuhkan rheumatik.Obat ini bekerja dengan mempengaruhi hipotalamus dalam menurunkan sensitifitas reseptor rasa sakit dan thermosat yang mengatur suhu tubuh. Contoh obat golongan ini adalah Fenilbutazon.

      Hapus
  2. hay kak umi
    saya akan membantu no 3

    Metadon ini termasuk narkotik (opiat) yang kuat seperti heroin namun metadon ini tidak memiliki efek sedatif yang kuat. Metadon ini dapat membantu pecandu untuk menghentikan pemakaian heroin dengan cara mengganti penggunaan heroin dengan metadon yang di kurangi tahap demi tahap selama jangka waktu tertentu. Nah, metadon ini memang di sediakan pada program pengalihan narkoba (heroin) sehingga pecandu dapat mengonsumsi obat yang lebih aman.

    BalasHapus
  3. Saya mencoba menjawab soal no 2
    analog morfin lebih efisien dikarenakan reseptor analgesik itukan terletak di otak dan untuk mencapai otak, obat harus melewati sawar darah otak. Nah, untuk mencapai otak, obat terlebih dahulu harus melewati barier ini. Mengingat barier tersebut adalah lemak maka senyawa yang bersifat polar akan kesulitan menembus membran. Morfin memiliki tiga gugus polar (fenol, alkohol dan, amin) sedangkan analognya telah kehilangan gugus polar alkohol atau ditutupi dengan gugus alkil atau asil. Dengan demikian maka analog morfin akan lebih mudah masuk ke otak dan terakumulasi pada sisi reseptor dalam jumlah yang lebih besar daripada morfin itu sendiri sehingga aktivitas analgesiknya juga lebih besar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. selain meningkatkan aktivitas analgetik, efek2 lain yang terjadi di otak juga bisa meningkat

      Hapus
  4. saya mencoba menjawab pertanyaan nomor 1. menurut beberapa artikel walaupun obat yang di gunakan dalam dosis kecil, namun obat tetap dapat memiliki efek samping atau bahkan malah obat tidak ber efek. Dan jika penggunaan tdk tratur tentu akan semakin memperparah keadaan bukan malah mengobati namun memperparah kondisi penggunanya. Karna setiap obat memiliki jangka waktu pengonsumsian yg tdk sembarangan meakipun obat tersebut trmasuk obat bebas yg di konsumsi tanpa resep dokter.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya setuju dengan saudari lidya,obat yang meski digunakan dalam dosis yang kecil dapat menimbulkan efek samping apalagi pemakaiannya sembarangan. karena obat tersebut akan berikatan dengan protein plasma sedikit, sehingga tidak mencapai mec.dan yang lainnya dalam keadaan bebas akan menimbulkan efek samping

      Hapus
    2. Menurut saya, obat akan menimbulkan efek jika melewati MEC( minimun efecktif concentration), apabila dosis yg diberikan kurang dari dosis tersebut, maka obat tidak akan menimbulkan efek terapi. Namun pemakaian obat tidak sesuai dosis dan tidak teratur tentu akan menyebabkan dampak buruk bagi tubuh, yakni rusaknya organ hati ataupun ginjal.

      Hapus
  5. Saya akan membantu menjawab permasalahan no. 7
    Mediator nyeri merupakan senyawa yang di lepaskan akibat adanya rangsangan mekanis (benturan benda tumpul) atau kimiawi, kalor atau lisrik yang menyebabkan rusaknya jaringan. Mediator nyeri antara lain :
    -bradikinin : membantu untuk memperbesar atau membuka pembuluh darah sehingga menurunkan tekanan darah dan memungkinkan darah mengalir lebih lancar ke seluruh tubuh.
    -histamin: bertanggung jawab untuk kebanyakan reaksi alergi (bronchokonstriksi, pengembangan mukosa, pruritus) dan nyeri.
    -serotonin : sebagian besar sel otak dipengaruhi secara langsung atau tidak langsung oleh serotonin, pengaruhnya terhadap psikis seseorang.
    -leukotrien : berperan dalam proses terjadinya inflamasi dan penyakit-penyakit yang terkait sistem imun, pertumbuhan kanker dan penyakit kardiovaskuler.
    -Prostasiklin : menyebabkan meningkatnya potensial saraf, khususnya diserabut saraf Ad dan C di sumsum tulang belakang.

    BalasHapus
  6. saya akan mencoba membantu menjawab pertanyaan no.4
    rasa nyeri timbul/bermula dari adanya rangsangan mekanis (benturan benda tumpul) atau kimiawi, kalor atau lisrik yang menyebabkan rusaknya jaringan sehingga dilepaskan senyawa-senyawa kimia yang di sebut mediator-mediator nyeri (serotonin, prostaglandin, dll). Mediator nyeri merangsang reseptor nyeri yang letaknya pada ujung syaraf bebas di kulit, selaput lendir dan jaringan lain. Dari tempat ini rangsang dialirkan melalui syaraf sensoris ke susunan saraf pusat, melalui sumsum tulang belakang ke talamus kemudian ke pusat nyeri dalam otak besar.

    BalasHapus
  7. saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 6
    untuk pengonsumsian obat analgetik bersamaan dengan susu itu di perbolehkan bahkan di sarankan misalnya saja pada obat golongan NSAID ibu profen dan aspirin.Obat-obatan ini bersifat lipofilik yaitu mudah larut dalam lemak, sehingga pernyerapannya akan lebih baik bila dikonsumsi dengan susu yang mengandung lemak. Selain sifatnya yang lipofilik, NSAID dapat diberikan bersamaan dengan susu karena sifatnya yang mengiritasi lambung. Oleh karena itu, bila kita tidak sempat makan, susu dapat diminum sebagai penggantinya. namun adapula yg tidak di perbolehkan misalnya obat golongan antibiotik seperti tetracyline, cyprofloxacin, dan suplemen zat besi karena penyerapan obat dapat terganggu dengan adanya kalsium yang tinggi yang terkandung dalam susu.

    BalasHapus
  8. permisi ya, saya akan membantu menjawab pertanyaan no.5
    Aspirin jika di konsumsi dengan obat lain secara bersamaan dapat menyebabkan peningkatan efek samping atau bahkan salah satu obat tidak dapat bekerja dengan baik. Obat-obat yang dapat berinteraksi dengan aspirin antara lain :
    • Alcohol
    • Allopurinol
    • Amlodipine
    • Atorvastatin
    • Cyanocobalamin
    • Hydrochlorothiazide
    Jadi, jika ingin mengonsumsi aspirin secara bersamaan denan obat lain sebaiknya konsultasikan dengan Dokter untuk mencegah terjadinya kesalahan pemakaian.

    BalasHapus
  9. menurut saya jawaban no 8 alam kelompok ini termasuk dipiron, antipi
    rin, dan aminopirin. Antipirin (fenazon)
    adalah 5
    -
    okso
    -
    1
    -
    fenil
    -
    2,3
    -
    dimetilpirazolidin. Aminopirin (amidopirin) adalah derivate
    4
    -
    dimetilamino dari antipirin.Dipiron adalah derivate metansulfonat dari aminopirin
    yang larut baik dalam air dan dapat diberikan
    dalam suntikan.Selain itu, masih ada
    derivate dipiron yaitu methampiron (antalgin) yang banyak digunakan/tersedia dalam
    bentuk suntikan atau tablet.Saat ini antipirin dan aminopirin tidak dianjurkan digunakan
    lagi karena lebih toksik daripada dipiron.Obat
    ini berperan dalam penghambatan
    prostaglandin melalui penghambatan enzim COX.
    Nama lain dari piramidon ialah
    amidopirin, aminopirin. Piramidon ini sangat berkhasiat untuk melawan demam yang
    tinggi dan radang. Nama lain dari novalgin adalah Antalgin, dipiro
    n, sangat berkhasiat
    sebagai analgetik dan spesmolitik 9melawan kejang), maka sering digunakan untuk
    mengobati (mengurangi) rasa sakit pada masa haid, sakit kepala, sakit encok dan lain

    lain. Pada penggunaan yang lama baik novalgin maupun piramidon dapat
    mengakibatkan agranulositosis (yaitu lenyapnya butir

    butir darah putih di dalam
    darah).
    Karena kerja ikutannya yang cukup besar dan membahayakan itu, maka obat

    obat ini
    hanya boleh dibeli dengan resep dokter.
    Dosis dewasa; 3 x sehari 100 mg (oral)
    untuk piramidon
    3 x sehari 100 mg (oral) untuk novalgin

    BalasHapus
  10. nmr 1
    mnrt saya krn obat analgetik biasa di berikan jika ketika tasa nyeri dtg, jika mnggunakan dosis rendah tetapi jrg di konsumsi mnrt saya tdk apa2

    BalasHapus
  11. saya akan menjawab no 1, menurut saya jika digunakan secara tidak teratur salah satu efeknnya yaitu kurangnya atau bahkan tidak adanya efek terapi yang dihasilkan

    BalasHapus

FENOTIAZIN

FENOTIAZIN Merupakan obat antagonis dopamine yang bekerja sentral dengan cara menghambat chemoreseptor trigger zone . Obat ini...